Fenomena Disabilitas dan Cara Penanganannya

Difabel, disabilitas, atau keterbatasan diri, merupakan suatu istilah yang menggambarkan kondisi seseorang yang memiliki gangguan pada tubuhnya sehingga aktivitasnya terbatas sehingga terdapat adanya pembatasan partisipasi. Gangguan yang terjadi pada tubuh berupa masalah pada fungsi dan struktur tubuh. Fenomena disabilitas ini menyebabkan seseorang kesulitan untuk beraktivitas sehari-harinya. Umumnya difabel mengalami batasan dalam keterlibatannya pada beberapa kondisi di hidupnya dan di lingkungan sosial. Mereka sulit untuk berinteraksi dan berpartisipasi secara penuh dan efektif di tengah masyarakat dalam waktu yang cukup lama. Fenomena disabilitas ini merupakan suatu fenomena yang kompleks.

Tanggal 3 Desember merupakan tanggal yang penting bagi masyarakat dunia untuk memperingati Hari Disabilitas Internasional. Peringatan ini bertujuan untuk mengajak masyarakat dunia untuk memberikan dukungan kepada para difabel atau mereka yang memiliki keterbatasan baik fisik maupun mental. Tidak hanya itu, peringatan ini juga sebagai sarana untuk mengenal lebih jauh tentang disabilitas.

Jenis-Jenis Disabilitas

Berikut ini merupakan beberapa jenis disabilitas yang umumnya terjadi.

1. Disabilitas Fisik

Merupakan jenis disabilitas ketika penderitanya memiliki keterbatasan akibat adanya gangguan dari fungsi tubuh. Jenis disabilitas ini dapat berupa cacat baik itu sejak lahir, akibat kecelakaan, akibat suatu penyakit tertentu, atau akibat efek samping dari suatu pengobatan medis. Disabilitas fisik antara lain cacat sebagian anggota tubuh, lumpuh, kehilangan anggota tubuh akibat amputasi, atau kelainan cerebral palsy (spastic diplegia).

2. Disabilitas Intelektual

Fenomena disabilitas ini merupakan suatu kondisi saat seseorang memiliki tingkat kecerdasan (IQ) dibawah standar rata-rata. Gejalanya adalah penderita mengalami kesulitan memproses informasi, keterbatasan dalam berkomunikasi, kepekaan terhadap lingkungan, dan tidak dapat fokus apabila ada orang lain yang mengajaknya berbicara. Contoh disabilitas intelektual adalah down syndrom dan keterlambatan tumbuh kembang.

3. Disabilitas Mental

Penyandang disabilitas mental mengalami keterbatasan akibat gangguan pada pikiran dan otak. Termasuk ke dalam jenis disabilitas ini adalah bipolar, gangguan kecemasan, depresi, dan gangguan mental lainnya. Disabilitas ini mengakibatkan penderitanya mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi, berpikir, mengambil keputusan, serta mengutarakan isi pikiran.

4. Disabilitas Sensorik

Merupakan jenis disabilitas ketika penderitanya memiliki keterbatasan panca indera. Yang termasuk dalam disabilitas ini adalah tuna netra, tuna rungu, dan tuna wicara.

Klasifikasi Penyandang Cacat (Difabel)

Dulu, fenomena difabel disebut dengan penyandang cacat. Penyandang cacat merupakan orang yang memiliki kelainan fisik dan/atau mental yang dapat mengganggu kehidupan dan aktivitas sehari-harinya. Keadaan ini terbagi menjadi beberapa jenis yaitu:

  • Tuna netra, merupakan kondisi saat seseorang tidak dapat melihat (buta). Kondisi ini termasuk dalam jenis disabilitas sensorik.
  • Tuna rungu, merupakan kondisi ketika seseorang tidak dapat mendengar atau kurang dalam pendengarannya (tuli). Kondisi ini termasuk dalam jenis disabilitas sensorik.
  • Tuna wicara, merupakan kondisi saat seseorang tidak dapat berbicara (bisu). Kondisi ini termasuk dalam jenis disabilitas sensorik.
  • Tuna daksa, merupakan suatu kondisi yaitu seseorang memiliki kecacatan pada tubuhnya. Kondisi ini termasuk dalam jenis disabilitas fisik.
  • Disabilitas fisik, yaitu kondisi jika seseorang mengalami cacat pada nada dan suaranya.
  • Disabilitas mental, adalah kondisi seseorang yang sulit untuk mengendalikan emosi dan aktivitas sosialnya.
  • Tuna grahita, merupakan kondisi saat seseorang memiliki keterbatasan berupa cacat pikiran dan lemah daya tangkapnya. Kondisi ini termasuk dalam jenis disabilitas mental.
  • Tuna ganda, merupakan kondisi ketika seseorang memiliki lebih dari satu kecacatan. Kondisi ini termasuk dalam jenis disabilitas ganda.

Disabilitas Fisik

Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya disabilitas fisik adalah:

  • Amputasi, yaitu seseorang yang mengalami putus bagian tangan dan/atau kaki.
  • Lumpuh layuh atau kaku, seseorang yang mengalami kelayuhan atau kekakuan organ fisik tangan dan/atau kaki.
  • Paraplegi, merupakan penurunan motorik atau fungsi sensorik dari gerak tubuh hal ini biasanya penyebabnya adalah cedera sumsum tulang belakang atau bawaan kondisi yang mempengaruhi elemen saraf kanal tulang belakang.
  • Cerebral palsy (CP), merupakan sseorang yang mengalami gangguan postur dan kontrol gerakan yang bersifat non progresif, penyebabnya adalah karena adanya kerusakan atau kelumpuhan sistem syaraf pusat.
  • Akibat stroke, sesorang yang mengalami gangguan fungsi fisik karena penyakit stroke.
  • Akibat kusta, seseorang yang mengalami kehilangan atau kerusakan bagian organ fisik akibat dari penyakit kusta.
  • Orang kecil, merupakan seseorang yang memiliki ukuran tubuh kecil yang tidak seperti kebanyakan orang lain

Disabilitas Intelektual

Berikut ini beberapa macam karakteristik penyandang disabilitas intelektual berdasarkan karakteristiknya:

Berdasarkan Tingkat Intelegensi / IQ

  • Borderline dan Mild (Ringan)
  • Moderate (sedang)
  • Severe and Profound (berat)

Berdasarkan Fungsi Perilaku Adaptif / SQ

  • Ringan (mild)
  • Sedang (moderate)
  • Berat (Severe dan Profound)

Tipologi atau Sudut Pandang Medis

  • Down Syndrome
  • Cretinisme/stanted
  • Microcephali
  • Macrocephali
  • Schapochepali
  • Penyandang disabilitas intelektual lain

Disabilitas Mental

Masalah gangguan jiwa penyebabnya dapat dari berbagai macam faktor, antara lain adalah sebagai berikut:

  • Biologis seperti penyakit fisik kronis, penyakit fisik yang mempengaruhi otak dan penyalahgunaan Napza.
  • Psikologis seperti pola adaptasi, pola penyelesaian masalah, pola mekanisme pertahanan diri dan pola kepribadian.
  • Sosial spiritual seperti pola relasi, sistem dukungan, situasi khusus/krisis, tantangan/tugas – tugas dan stresor atau pemicu.

Penyandang disabilitas mental sering mengalami masalah yang kompleks. Bukan saja masalah yang terjadi di dalam dirinya seperti halusinasi, waham dan sebagainya, namun yang lebih memperparah permasalahan adalah yang berasal dari luar, yaitu lingkungan sosialnya. Seorang penyandang disabilitas mental akan mengalami kondisi yang lebih parah atau kekambuhan yang sering apabila lingkungan tidak memberikan dukungan dan rawatan yang dibutuhkan. Kenyataannya tidak bisa menganggap bahwa fenomena disabilitas ini adalah suatu hal yang sepele.

Karakteristik Penyandang Disabilitas Mental

1. Gangguan skizofrenia

Merupakan gangguan jiwa yang penyandangnya paling sering mengalami pemasungan. Gangguan skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang mudah dikenali dan berisiko untuk melakukan tindakan kekerasan akibat dari gejalanya. Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang memiliki sifat dapat kambuh, menahun, dan bila kekambuhan semakin sering terjadi maka orang dengan skizofrenia (disingkat ODS) akan mengalami penurunan fungsi yang semakin berat. Saat sakit, penderita skizofrenia mengalami gangguan perasaan, perilaku, persepsi, pikiran, serta motivasi dan neurokognitif. 

Gejala-gejala pada gangguan skizofrenia sering mengakibatkan ODS tampil dalam kondisi gaduh, gelisah hingga berisiko untuk melakukan kekerasan. Kondisinya yang sering terlambat dikenali sehingga terkesan terjadi tiba-tiba, berpotensi untuk disalahartikan sebagai bagian dari proses budaya dan spiritual, dianggap kesurupan, kemasukan roh/jin, keberatan nama/ilmu, bahkan tidak jarang pula dianggap sakti oleh keluarga dan masyarakat.

2. Gangguan Jiwa Lainnya dengan Perilaku Gaduh Gelisah dan Kekerasan

Pengidap gangguan ini berisiko untuk mengalami gejala perilaku yang berupa gaduh gelisah dan kekerasan bukanlah monopoli gangguan skizofrenia. Gaduh gelisah dapat diartikan sebagai kumpulan gejala agitasi yang ditandai dengan perilaku yang tidak biasa, meningkat, dan tanpa tujuan. Tidak harus berkaitan namun dapat menjadi gejala awal dari perilaku agresif yaitu agresivitas verbal maupun gerak/motorik namun tidak ditujukan untuk mencederai seseorang (contoh: mengumpat, melempar atau merusak barang) dan perilaku kekerasan yaitu perilaku yang ditujukan untuk mencederai baik dirinya maupun orang lain (memukul, melukai diri, atau membunuh).

3. Gangguannya Demensia
4. Penyalahgunaan Zat (NAPZA)
5. Gangguan Afektif Bipolar
6. Retardasi Mental
7. Gangguan Perilaku pada Anak dan Remaja

Klasifikasi Gangguan Jiwa

Berdasarkan buku konsesus penatalaksanaan gangguan skizoprenia (PDSKJI, 2011), gangguan jiwa dapat terbagi atas tiga fase yaitu:

  1. Akut
  2. Stabilisasi
  3. Pemeliharaan

Disabilitas Sensorik

Jenis disabilitas ini merupakan terganggunya salah satu fungsi dari panca indera, antara lain disabilitas netra, disabilitas rungu, dan/atau disabilitas wicara.

1. Penyandang disabilitas netra

Menurut Persatuan Tuna Netra Indonesia (PERTUNI) sebagai salah satu organisasi perkumpulan penyandang disabilitas netra, menjelaskan bahwa penyandang disabilitas netra merupakan mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta total) sehingga mereka yang masih memiliki sisa penglihatan tetapi tidak mampu menggunakan penglihatannya untuk membaca tulisan biasa berukuran 12 point dalam keadaan cahaya normal dan dari jarak yang normal meskipun menggunakan kaca mata (kurang awas/low vision) bukanlah seorang disabilitas netra.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tunanetra adalah suatu kondisi tidak dapat melihat, buta. Menurut Direktorat RSPD seseorang yang menurut hasil pemeriksaan medis atau ahli tidak dapat menghitung jari-jari tangan dengan menggunakan indranya pada jarak satu meter di depannya.

Sesuai dengan pengertian di atas, secara umum yang pengertian penyandang disabilitas netra adalah tidak berfungsinya indera penglihatan.

2. Disabilitas Rungu

Fenomena disabilitas ini berhubungan dengan kerusakan alat dan organ pendengaran yang menyebabkan kehilangan kemampuan menerima atau menangkap bunyi atau suara.

3. Disabilitas Wicara

Fenomena disabilitas wicara ini berhubungan dengan kerusakan atau kehilangan kemampuan berbahasa, mengucapkan kata-kata, ketepatan dan kecepatan berbicara serta produksi suara. Ciri-cirinya penderita disabilitas wicara adalah tidak dapat memproduksi suara atau bunyi, kurang atau tidak menguasai vocabulary (perbendaharaan kata), gagap, serta berkomunikasi dengan menggunakan gerakan tubuh atau simbol

4. Disabilitas Rungu Wicara

Yaitu ketidakmampuan dalam memproduksi suara dan berbahasa akibat adanya suatu kerusakan alat dan organ pendengaran sehingga anak tidak mengenal cara mempergunakan organ bicara dan tidak mengenal konsep bahasa sejak lahir.

Cara Penanganan Disabilitas Berdasarkan Tiap Jenisnya

Disabilitas Fisik

Membantu apa yang mereka butuhkan, misalnya mereka menggunakan kursi roda sebaiknya kita membantu mendorongnya, dan sebagainya.

Disabilitas Sensorik

Penanganan jenis disabilitas ini adalah dengan cara mempelajari berbagai cara khusus untuk berinteraksi dengan mereka seperti menggunakan bahasa isyarat apabila berkomunikasi dengan penyandang tuna rungu dan tuna wicara serta menggunakan sentuhan ataupun nada bicara khusus dalam berkomunikasi dengan penyandang tuna netra.

Disabilitas Mental

Perlu kesabaran dan pikiran terbuka untuk memahami kondisi penyandang disabilitas mental. Sebaiknya jangan menempatkan mereka pada situasi yang rentan mengakibatkan tekanan mental dan stres. Ketika berkomunikasi sebaiknya menggunakan penjelasan yang menyeluruh dan pemilihan kata yang tepat agar mereka mudah mengerti.

Disabilitas Intelektual

Penyandang disabilitas intelektual membutuhkan waktu untuk memahami suatu hal. Anda harus sabar dalam menghadapi mereka. Anda dapat mengajari mereka untuk memahami instruksi dasar dengan bahasa yang sesederhana mungkin agar mereka mudah untuk mengerti. Sebaiknya usahakan agar kondisi lingkungan tetap nyaman dan tidak menimbulkan tekanan atau stres bagi mereka. Lingkungan yang tidak kondusif, terlalu ramai dan berisik dapat mengganggu konsentrasi penyandang disabilitas intelektual sehingga rentan mengalami stres.

Nah, itulah beberapa ulasan mengenai fenomena disabilitas, jenis, serta cara menangani orang yang menyandang kebutuhan khusus tersebut. Sebaiknya kita jangan meninggalkan dan menjauhi mereka yang memiliki kebutuhan khusus. Kita harus senantiasa memberikan dukungan bagi penyandang disabilitas agar merasa merasa lebih berharga. Sebenarnya mereka memiliki potensi lain yang begitu istimewa dan kita harus membantu mereka untuk mengasah potensi tersebut seperti dengan cara memberdayakan penyandang difabel untuk beberapa bidang pekerjaan tertentu.

Bagi Anda yang mengalami gangguan pendengaran atau memiliki keluarga dan kerabat sebagai penyandang tuna rungu dan membutuhkan alat bantu dengar, Anda dapat mencari alat bantu dengar yang berkualitas baik di AQM Hearing Center Jakarta. Tentunya sebelum menggunakan alat bantu dengar Anda harus berkonsultasi dengan dokter. Semoga artikel ini dapat membantu dan segera temukan alat bantu dengar dengan harga menarik di aqm-hearingcenter.com.

Update Terkini

Ingin konsultasi lebih dekat?