Mengenal Tes Pendengaran Untuk Bayi Baru Lahir

Tahukah Anda, indera pendengaran ternyata berperan penting dalam proses perkembangan anak. Itulah mengapa tes pendengaran untuk bayi yang baru lahir penting dilakukan. 

Beberapa penelitian menunjukkan kebanyakan ibu melahirkan tidak menyadari betapa pentingnya melakukan pemeriksaan pada bayi yang baru lahir. Hal tersebut juga berlaku pada pemeriksaan pendengaran. 

Alasan Tes Pendengaran Pada Bayi Baru Lahir

Perkembangan bahasa dan berbicara anak dimulai sejak usia 0 hingga 5 tahun. Apabila perkembangan bahasa pada periode ini terlewatkan, hal tersebut dapat mempengaruhi perkembangan anak nantinya. Anak mungkin mengalami gangguan bahasa, perkembangan sosial yang tidak normal, hingga kesulitan belajar. 

Apabila anak tidak dapat mendengar, baik itu secara permanen maupun sementara, hal tersebut akan menyebabkan rangsangan bahasa yang dikirim ke otak menjadi tidak konsisten. Kondisi tersebut akan menghambat kemampuan anak untuk memperkuat jalur saraf yang benar untuk perkembangan bahasa yang normal. 

Itulah mengapa penilaian pendengaran pada bayi yang baru lahir menjadi bagian dari protokol skrining yang diterima secara luas. Setidaknya terdapat 43 negara yang mewajibkan pemeriksaan pendengaran pada bayi yang baru lahir. 

Proses skrining pendengaran dianjurkan pada usia 1 bulan untuk gangguan pendengaran. Kemudian diagnosis dilakukan pada usia 3 bulan dan menerima intervensi pada usia 6 bulan untuk hasil yang optimal. 

Penyebab Gangguan Pendengaran Pada Bayi Baru Lahir

Ada berbagai penyebab gangguan pendengaran pada bayi yang baru lahir. Penyebab umum yang biasa terjadi yaitu karena adanya cairan pada saluran telinga dan bersifat sementara, atau gangguan pendengaran akibat genetik yang biasanya bersifat permanen. 

Selain itu, gangguan pendengaran pada bayi baru lahir juga bisa terjadi karena gangguan pendengaran akibat penyakit ibu atau konsumsi zat selama kehamilan yang ternyata bersifat ototoksik. 

Cara Menguji Pendengaran Bayi Baru Lahir

Proses pemeriksaan pendengaran pada bayi yang baru lahir tentu berbeda dengan pemeriksaan pendengaran pada orang dewasa. Sebab, bayi tidak dapat menanggapi tes pendengaran seperti orang dewasa. 

Beberapa rumah sakit mungkin memiliki protokol pemeriksaan yang berbeda. Namun, sebagian besar pemeriksaan menggunakan pengujian emisi otoakustik transien (OAE), pengujian respon batang otak pendengaran, atau mengkombinasikan keduanya. 

1. Emisi Otoakustik

Emisi otoakustik merupakan penilaian fisiologis pada telinga bagian dalam. Selama pemeriksaan berlangsung, suara gema dari organ sensorik untuk pendengaran akan dipantau guna menentukan fungsi koklea. 

Pemeriksaan ini dapat membantu diagnosis tingkat dan jenis gangguan pendengaran yang dialami. Selain itu, pemeriksaan emisi otoakustik juga berguna untuk memperkirakan gangguan pendengaran pada orang yang sulit diuji, misalnya bayi baru lahir. 

2. Pengujian Respon Batang Otak

Pengujian respon batang otak merupakan penilaian fisiologis saraf pendengaran dan struktur pendengaran yang berada di dalam batang otak. Pemeriksaan ini dapat membantu mendiagnosis kista atau tumor yang terdapat pada saraf pendengaran. 

Akibat Skrining Pendengaran Bayi Baru Lahir yang Gagal

Ada beberapa hal yang mungkin akan dilakukan apabila bayi yang baru lahir tidak lulus pada pemeriksaan pendengaran percobaan pertama. 

1. Pemeriksaan Ulang

Cara pertama yaitu dengan melakukan pemeriksaan ulang. Biasanya, rumah sakit akan menggunakan metode skrining yang sama atau metode skrining alternatif lainnya untuk melihat apakah terdapat perbedaan hasil. 

2. Konseling

Apabila pemeriksaan terus gagal, staf akan memberikan konseling kepada orang tua. Biasanya, staf akan menginformasikan pada orang tua mengenai pemeriksaan pendengaran yang gagal. 

Terkadang, bayi yang baru lahir memiliki sisa cairan bersalin pada saluran telinga yang akan menyebabkan pemeriksaan pendengaran gagal. Staf akan meyakinkan orang tua jika kondisi tersebut merupakan hal yang biasa terjadi. Akan tetapi, kondisi tersebut perlu ditindaklanjuti untuk menyingkirkan gangguan pendengaran permanen. 

4. Memberikan Rujukan

Apabila pemeriksaan gagal, orang tua akan dirujuk ke audiolog atau dokter untuk melakukan pemeriksaan ulang dalam waktu satu bulan setelah keluar. 

5. Menjalani Perawatan

Orang tua diharapkan untuk tetap rajin melakukan perawatan lanjutan pada pendengaran bayi. 

6. Memberikan Laporan

Rumah sakit dan fasilitas skrining bayi baru lahir harus melakukan hasil pemeriksaan pendengaran kepada negara. Tujuannya yaitu untuk memudahkan dalam melacak skrining bayi baru lahir yang gagal dan memerlukan perawatan pendengaran. 

Apa yang Harus Diketahui dan Dilakukan Orang Tua

Intervensi dini penting untuk dilakukan ketika merawat bayi baru lahir dengan gangguan pendengaran. Dengan mengikuti pedoman untuk pemeriksaan ulang pada 1 bulan, diagnosis pada 3 bulan, dan intervensi pada 6 bulan akan memberi kesempatan pada perkembangan bahasa, bicara, dan perilaku anak. 

Beberapa gangguan pendengaran mungkin dapat diatasi dengan pengobatan atau pembedahan. Ada kalanya pula anak membutuhkan alat bantu dengar dan terapi wicara. 

Penutup

Demikian penjelasan mengenai tes pendengaran pada bayi yang baru lahir. Kini, Anda sudah mengetahui betapa pentingnya indera pendengaran pada perkembangan bahasa dan bicara anak. Oleh karena itu, jangan lupa untuk melakukan skrining pada bayi Anda. 

Jika Anda sedang mencari alat bantu dengar dengan standar internasional, Anda bisa mengunjungi AQM Hearing Center. Berbagai produk alat bantu dengar telah dilengkapi teknologi terkini sehingga akan membantu Anda untuk mendengar dengan lebih baik. 

Sumber Foto : Photo by Burst

Update Terkini

Ingin konsultasi lebih dekat?