Tes Pendengaran Jakarta

Tes pendengaran merupakan suatu prosedur pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur kemampuan seseorang untuk mendengar. Prosedur ini prinsipnya adalah melakukan proses pengukuran seberapa baik suara dapat terhantar dalam bagian-bagian telinga dan dapat dipahami oleh otak.

Tes pendengaran sebaiknya dilakukan secara rutin mengingat gangguan pendengaran dapat terus semakin memburuk dan sebagai analisis dini apakah seseorang mendenrita gangguan pendengaran atau tidak. Berikut ini merupakan tes pendengaran yang dapat dijalani oleh pasien:

Tes Bisik

Tes ini merupakan suatu tes dimana pasien harus menutup lubang telinga yang tidak diperiksa menggunakan jari. Dokter akan membisikkan beberapa kata atau kombinasi huruf dan angka. Saat membisikkan kata pada pasien, dokter berada dalam jarak 1 meter di belakang pasien. Hal ini karena untuk mencegah pasien dapat melihat dan membaca gerak bibir.

Setelah itu pasien harus mengulangi kata yang diucapkan oleh dokter. Apabila pasien tidak dapat mengulangi kata tersebut, maka dokter akan menggunakan kombinasi huruf dan angka yang berbeda atau mengulangi pengucapan kata secara lebih keras sampai pasien dapat mendengar suara dokter. Pasien akan lulus tes bisik jika mampu mengulangi 50% kata yang telah diucapkan oleh dokter.

tes pendengaran jakarta

Tes Garpu Tala

Garpu tala yang digunakan dalam tes ini memiliki frekuensi 512 Hz. Fungsi alat ini adalah untuk mengetahui respon pendengaran pasien pada suara dan getaran di dekat telinga. Metodenya adalah dengan tes Weber dan tes Rinne.

Pada tes Weber, dokter akan membenturkan garpu tala pada objek kera untuk membuat getaran lalu ujung garpu tala diletakkan di depan dahi, hidung atau gigi. Pasien yang memiliki pendengaran normal, maka suara dari garpu tala akan terdengar dengan jelas dan keras pada kedua telinga.

Apabila suara terdengar dengan jelas pada telinga yang kondisinya baik saja, maka pasien mengalami tuli sensorineural. Namun, apabila suara terdengar dengan jelas pada telinga yang kondisinya buruk saja, maka pasien mengalami tuli konduktif.

Pada tes Rinne, dokter akan melakukan hal sama seperti tes Weber. Dokter akan membenturkan garpu tala kemudian diletakkan di belakang telinga dan samping telinga untuk membandingkan hantaran tulang dan hantaran udara. Pada pasien dengan pendengaran normal akan mendengar suara di belakang telinga (hantaran tulang). Namun, pada penderita tuli sensorineural hantaran udara terdengar lebih panjang daripada getaran tulang namun tidak sampai 2 kali lipat. Jika pasien mengalami gangguan pendengaran konduksi, hantaran tulang akan terdengar lebih panjang dari hantaran udara.

Tes Audiometri Tutur

Fungsi dari tes ini adalah untuk mengetahui seberapa baik pendengaran pasien dalam mendengar dan memahami percakapan yang sederhana. Pasien harus mengulangkata-kata yang diucapkan oleh dokter dari seuara lembut hingga suara yang nyaring.

Tes tahap pertama, dokter akan mengucapkan kata-kata yang terdiri atas 2 suku kata yang lembut lalu pasien harus mengulangi dengan akurasi minimal 50%. Tes tahap kedua, dokter akan mengucapkan 50 kata yang terdengar mirip dengan suara yang nyaring (40 desibel) lalu pasien harus mengulangi kata tersebut kembali.

Hasil tes audiometri tutur berfungsi untuk mengetahui letak kerusakan organ pendengaran serta menentukan apakah pasien membutuhkan alat bantu dengar atau tidak. Pasien memiliki pendengaran yang baik dan lulus tes apabila jika dapat mengulangi 90-95% kata-kata yang dokter ucapkan pada saat tes berlangsung.

Tes Audiometri Nada Murni

Tes ini menggunakan alat yang bernama audiometer. Audiometer merupakan suatu alat yang menghasilkan nada-nada murni yang pasien dengarkan melalui headphone. Nada yang keluar dari alat audiometri ini bervariasi frekuensi dan intensitas suaranya. Biasanya frekuensinya mulai dari 250-8000 Hz.

Dalam tes ini, mula-mula pasien akan mendengarkan suara yang dapat didengar oleh telinga pasien. Selanjutnya akan dikurangi secara bertahap hingga pasien tidak bisa mendengarnya. Pasien disediakan tombol, apabila masih dapat mendengar suara walaupun samar, maka pasien dapat memberi tanda dengan memencet tombol tersebut.

Masing-masing telinga akan dilakukan tes sendiri-sendiri. Tes akan dimulai pada telinga yang kondisinya baik terlebihb dahulu. Pasien akan menjalani beberapa kali tes dan lama kelamaan nada akan semakin tinggi. Kemudian, setelah itu headphone akan dilepas lalu dokter akan memasang alat pendengar di bagian belakang telinga pasien. Apabila pasien mendengarkan nada, maka diminta untuk memberi tanda dengan menekan tombol.

Apabila dalam tes pendengaran jakarta pasien memperoleh hasil tes yang tidak sesuai standar atau pasien tidak lulus tes, bisa jadi pasien mengalami gangguan pendengaran karena sulit untuk mendengarkan suara dengan frekuensi dan intensitas terteuntu. Dokter akan menyarankan pasien untuk menggunakan alat bantu dengar dan merekomendasikan alat bantu dengar mana yang sesuai dengan tingkat keparahan gangguan pendengaran.

Hearing Center Jakarta

Saat ini terdapat distributor alat bantu dengar yang menyediakan berbagai alat bantu dengar dengan berbagai spesifikasi. Pasien yang membutuhkan dapat memilih spesifikasi tersebut sesuai kebutuhan dan tingkat keparahan gangguan pendengaran yang diderita oleh pasien. AQM Hearing Center Jakarta menjual alat bantu dengar dengan kualitas yang bagus dan memiliki berbagai spesifikasi khusus.

Apabila Anda ingin mengetahui spesifikasi alat bantu dengar yang tersedia dan dijual oleh AQM Hearing Center Jakarta, Anda dapat mengunjungi webstorenya pada aqm-hearingcenter.com. Untuk mengetahui dan memeriksa alat bantu dengar secara langsung, maka Anda juga dapat mengunjungi gerai offline AQM Hearing Center Jakarta. AQM Hearing center juga menyediakan layanan tes pendengaran jakarta, dengan layanan ini anda dapat melakukan uji tes pendengaran jakarta di AQM Hearing Center. Dengan melakukan tes ini anda dapat mengetahui besaran derajat pendengaran anda.

 

 

Update Terkini

Ingin konsultasi lebih dekat?