Pro dan Kontra Bahaya Headset Bluetooth Berdasar Sains

Headset bluetooth bisa menjadi pilihan Anda ketika berolahraga sambil menikmati musik, karena perangkat ini sangat mudah digunakan dan tidak merepotkan.

Jika kita menggunakan headset model lama, menggunakan kabel yang panjang keseringan kabel mudah putus sehingga sangat merepotkan.

Berbeda dengan halnya, ketika teknologi teah berkembang semakin canggih,kini orang-orang menggunakan headset bluetooth media baru.

Namun perlu Anda ketahui, ternyata headset Bluetooth bisa menjadi bahaya bagi telinga kita. Mari kita simak penjelasan berikut ini!

telinga kemasukan air

Radiasi Bluetooth yang Perlu Kita Ketahui!

Definisi teknologi Bluetooth sendiri, mengacu pada teknologi komunikasi nirkabel yang memungkinkan perangkat untuk berkomunikasi dan bertukar data melalui jarak pendek.

Gelombang Bluetooth tidak bisa dijangkau terlalu jauh, sebagian besar hanya bisa terhubung dengan jarak maksimal 30 kaki, tanpa ada dinding atau batasan lainnya.

Operasi gelombang Bluetooth bisa mencapai frekuensi 2,402 hingga 2,480 gigahertz. Gelombang ini biasa diaplikasikan juga pada perangkat seperti WiFi dan ponsel.

Karena Bluetooth memancarkan energi seperti halnya ponsel, Bluetooth juga merupakan sumber radiasi. Radiasi ini secara khusus disebut radiasi elektromagnetik (EMR).

EMR adalah istilah umum yang mengacu pada gelombang medan elektromagnetik, yang membawa energi radiasi elektromagnetik.

Diantaranya seperti gelombang radio, gelombang mikro, inframerah, cahaya tampak, sinar ultraviolet,

Bahaya Headset Bluetooth Menurut Sains

Penggunaan headset bisa menjadi bahaya jika digunakan terlalu sering dan terlalu lama, headset Bluetooth termasuk salah satu jenisnya yang juga menjadi bahaya jika digunakan terlalu sering.

Menurut Dr.Alvin Nusalim, Sp. P. D dari KlikDokter, penggunaan headset Bluetooth terlalu lama dengan volume keras bisa membuat gendang telinga rusak sehingga pendengaran terganggu.

Bahkan sejumlah 247 ilmuwan dari 42 negara, menyatakan kekhawatirannya tentang efek kesehatan karena paparan radiasi Elektromagnetik (EMR) yang dipancarkan dari perangkat nirkabel, termasuk headset Bluetooth.

Mengenal EMR Ionisasi dan EMR Non-Ionisasi

Medan Elektromagnetik (EMR) merupakan jenis radiasi yang dihasilkan oleh listrik, namun sudah disesuaikan dengan manusia.

Bagaimanapun, ketika Anda menggunakan headset Bluetooth, paparan radiasi tipe non-ionisasi, yaitu radiasi level rendah, tetap terpancar.

1. EMR Non-Ionisasi

Gelombang EMR ini memiliki frekuensi relatif rendah dan tidak menimbulkan efek samping pada manusia.

Sumber ESDM nonionisasi meliputi:

  • Perangkat Bluetooth
  • Handphone
  • komputer
  • Jaringan WIFI
  • meter pintar energi
  • gelombang mikro
  • saluran listrik
  • mesin MRI

2. EMR Ionisasi

Gelombang EMR ini memiliki frekuensi relatif tinggi dan berpotensi merusak sel dan DNA manusia.

Istilah “pengion” berarti bahwa ESDM mampu menghilangkan elektron dari atom. Kemampuan ini adalah mengapa EMR pengion lebih berbahaya daripada EMR non-ionisasi.

Sumber ESDM pengion meliputi:

  • sinar matahari
  • kursi berjemur
  • Mesin sinar-X
  • sampah radioaktif

Meskipun dianggap aman untuk manusia, EMR pada ponsel telah ditemukan penelitian bahwa ponsel bisa menyebabkan masalah kesehatan.

Tepatnya penelitian pada tahun 2018 dari National Toxicology Program (NTP), EMR seperti pada telepon seluler dengan jaringan 2G dan 3G, dapat menyebabkan kanker pada tikus.

Pertanyaan terbesar yang dihadapi para ilmuwan sekarang adalah bagaimana temuan ini berhubungan dengan manusia dan level spesifik RFR apa yang dapat mengancam kesehatan manusia.

Lalu, Apakah Bluetooth Aman?

Walaupun headset bluetooth memancarkan tingkat radiasi yang lebih rendah dibandingkan dengan ponsel, penempatannya bisa menjadi masalah besar bagi penggunanya.

Hal ini pun turut dipertegas dengan apa yang disampaikan oleh Joel M. Moskowitz, PhD, Direktur dari The Center for Family and Community Health di University of California, Berkeley, Amerika Serikat.

Ia menyatakan bahwa paparan medan elektromagnetik dalam jangka panjang yang berasal dari bluetooth headphone bisa sangat berbahaya, sehingga penggunaannya perlu dibatasi.

“Karena kedekatan perangkat tersebut dengan tubuh atau kepala, maka bahayanya bisa lebih besar,” Moskowitz menjelaskan.

Tak hanya itu, durasi penggunaan bluetooth headphone juga dapat berpengaruh menjadi penyebab kerusakan pendengaran pada orang yang menggunakannya.

“Jika seseorang menggunakan bluetooth headphone selama berjam-jam dalam sehari, paparan radiasi gelombang mikro ke otak bisa sangat besar dan berbahaya,” ucapnya.

Apa yang Membuat Orang-orang Khawatir?

Pada tahun 2015, sekelompok lebih dari 200 ilmuwan menulis permohonan kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), meminta peraturan internasional yang lebih ketat seputar EMR.

Menurut para ilmuwan ini, beberapa penelitian telah menemukan bahwa EMR mungkin berbahaya bagi manusia, bahkan ketika tingkat EMR jauh lebih rendah daripada yang diizinkan oleh pedoman saat ini.

Para ilmuwan di balik daftar banding 2016 berikut ini sebagai efek potensial dari paparan berlebih terhadap EMR Non-Ioniasasi:

  • peningkatan risiko kanker
  • peningkatan produksi radikal bebas
  • stres seluler
  • kerusakan genetik
  • perubahan pada sistem reproduksi
  • gangguan kognitif
  • kelainan saraf

Dalam banding mereka, para ilmuwan meminta beberapa langkah keamanan baru, termasuk:

  • perlindungan khusus terhadap EMR untuk anak-anak dan ibu hamil
  • memperkuat pedoman dan peraturan seputar EMR
  • Zona bebas EMR
  • Kampanye edukasi untuk masyarakat dan dokter tentang risiko kesehatan EMR

Para ilmuwan yang menulis himbauan ini tidak secara spesifik menyebut headphone Bluetooth.

Namun, penulis artikel tahun 2019 mengutip seruan tersebut dalam sebuah artikel khusus tentang keamanan headphone Bluetooth.

Sejak itu, beberapa orang menjadi khawatir bahwa headphone Bluetooth tidak aman untuk digunakan.

AQM Hearing Center menyediakan layanan konsultasi pendengaran bersama konsultan profesional, sehingga Anda bisa tahu jika memiliki gangguan pendengaran.

(Kontributor: Pramitha Chandra)

 

Update Terkini

Ingin konsultasi lebih dekat?